KH. Hasyim Asy’ari Mengajari Perbedaan Hari Raya


KH. Maksum Ali Seblak Jombang adalah diantara ulama pesantren yang ahli falak (astronomi). Sudah menjadi kelaziman bagi ahli falak untuk melakukan puasa dan lebaran sesuai hasil hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (observasi atau melihat hilal)-nya sendiri.

Suatu hari sesuai dengan hasil perhitungannya, Kyai Maksum Ali memutuskan untuk ber-Idul Fitri sendiri yang ditandai dengan menabuh bedug bertalu-talu. Mendengar keriuhan itu, sang mertua, Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari kaget. Setelah tahu duduk perkaranya, ia menegur: “Bagaimana ini, belum saatnya lebaran kok bedug-an duluan?”

Mendapat teguran dari mertuanya itu Kyai Maksum segera menjawab dengan hormat: “Kyai, Kyai, saya melaksanakan Idul Fitri sesuai dengan hasil hisab yang saya yakini ketepatannya.”

“Soal keyakinan, ya keyakinan, itu boleh dilaksanakan. Tetapi jangan woro-woro (diumumkan dalam bentuk tabuh bedug) mengajak tetangga segala,” gugat Mbah Hasyim, pendiri NU tersebut.

“Tetapi, bukankah pengetahuan ini harus di-ikhbar-kan (diwartakan), Romo?”tanya Kyai Maksum.

“Soal keyakinan itu hanya bisa dipakai untuk diri sendiri. Dan nabuh bedug itu artinya sudah mengajak, mengumumkan kepada masyarakat, itu bukan hakmu. Untuk mengumumkan kepastian Idul Fitri itu haknya pemerintah yang sah,” tutur Mbah Hasyim.

“Inggih (iya) Romo,” jawab Kyai Maksum setelah menyadari kekhilafannya.

Membangun makam para wali dan orang shaleh


Ketika Nabi Saw. memakamkan Syuhada Uhud terutama Sayyidina Hamzah, Nabi Saw. memberinya dengan tanda batu pada makam sejumlah orang yang meninggal pada waktu itu. Ini adalah indikasi Nabi Saw. memperbolehkan membangun makam-makam para auliya dan salaf shaleh. Selain memang tekstur tanah Arab berupa padang pasir, untuk menandai, maka diletakkanlah bebatuan di sekitar makam Syuhada Uhud. Padang pasir merupakan tekstur tanah yang sering terjadi pergeseran.

Perilaku Sayyidina Umar Ra. menghilangkan kubah makam pada waktu Nabi Saw. masih hidup, karena untuk mengagungkan Nabi Saw. Sehingga dengan ini tidak melampaui kebesarannya. Penghancuran ini bukanlah meratakan kuburan melainkan hanya kubahnya saja. Ketika kubah tersebut tidak dihancurkan maka dapat memicu sifat kesukuan yang terlalu berlebihan sehingga kebesaran Rasulullah Saw. dikalahkan dan Islam menjadi lemah.

Esensi ziarah kubur bukanlah melalaikan kebesaran Rasulullah Saw. Sehingga menurut Ibnu Hajar pembangunan makam tidaklah bertentangan dengan syariat. Padahal Allah Swt. sendiri dalam firmanNya mengagungkan mereka dan orang-orang yang hafal al-Quran dengan mengutuhkan jasad mereka walaupun telah terkubur. Indikasi ini adalah sebagai dalil pembangunan makam Nabi Saw., sahabat dan auliya diperbolehkan dalam rangka untuk mengagungkannya. Wallahu a'lam.

(Dikutip dari buku "Secercah Tinta" karya Maulana al-Habib M. Luthfi bin Yahya, halaman 296-297, bertajuk Pembangunan Masjid dan Pemakaman Sahabat Nabi Saw.).

Sya'ir Muqoddimah al-Musyaffa'iyyah




مقدمة المشفعية
اَلْحَمْدُ وَالشُّكْرُ للهِ الْحَقِّ الْحَلِيْمِ # الْمُعِزِّ الْمَالِكِ وَالْغَفَّارِ الأَنَامِ
Kami mengucap puji dan syukur kepada Alloh yang maha benar, dermawan, mulia, merajai, dan maha mengampuni makhluknya

ثُمَّ الصَّلاَةُ مَعَ السَّلاَمِ أَبَدَانِ # عَلَى الْهَادِي الْفَاتِحِ النَّاصِحِ بْنِ عَدْنَانِ
Kemudian sholawat salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad yang menunjukan jalan hidayah, yang telah membebaskan kota makkah, yang memberi nasihat, dari bani Adnan

نَحْنُ الْمُشَفَّعُ مِنْ طَالِبِيْنَ فِي الرَّوْضَةْ # بِأَوْسَطِ الْقُدْوَانِ الْبَرْبَاسِيِّ الْعَالِيَةْ
Kami rombongan Group Rebana al-Musyaffa’ dari santri-santri yang berada di taman, dari Desa Kedawon Tengah Kabupaten Brebes yang tinggi

نَحُثُّكَ يَا إِخْوَانْ عَلَى حَمْدِ الشَّكُوْرِ # وَإِكْثَارِ صَلاَةٍ لِطَهَ الْمُبَشِّرِ
Kami mengajak kalian, wahai saudaraku, untuk memuji Alloh yang maha menerima syukur/pujian dari hambanya, dan memperbanyak sholawat kepada Nabi yang memberi kabar gembira

فَكُنْ اَفْضَلَ الْعِبَادِ فِي الْيَوْمِ الْبَاعِثِ # فَعَنْ تِرْمِذِيِّ قَالَهُ أَهْلُ الْحَارِثِ
Maka jadilah kalian hamba yang paling utama, karena dalam hadits tirmidzi, nabi mengatakannya
طُوْبَى مَنْ صَلَّى وَسَلَّمَهُ وَأَفْلَحَ # وَرَبُّهُ عَشَّرَ صَلاَةً قَدْ فَرَّحَ
Bahagia dan beruntunglah orang yang bersholawat salam kepada beliau, karena sungguh Alloh telah memberinya kebahagiaan dengan melipat gandakan 10x sholawat untuknya

نَدْعُوْكَ يَا دَائِمَ الإِحْسَانِ صَلِّ عَلَى # شَهِيْرِ الْخَلْقِ وَالآلِ الصَّحْبِ وَمَنْ وَلَى
Kami berdo’a kepada-Mu, wahai dzat yang abadi kebaikannya, berikanlah sholawat kepada makhluk yang paling terkenal, keluarganya, shohabatnya dan ahli waris wala-nya

بِعَدَدِ خَلْقِكَ وَأَمْلاَكِكَ الْعُلْيَا # مَا طَالَعَتِ الشَّمْسُ وَمَا دَارَتِ الدُّنْيَا
Sejumlah ciptaanmu dan malaikatmu yang mulya, selagi matahari masih terbit dan bumi berputar

صَلاَةً تُوَاجِيْنَا عَنِ الأَرْذَالِ الأُمُرْ # سَلاَماً بِهِ يَزْدَادُ الإِيْمَانُ وَالْعُمُرْ
Dengan sholawat yang dapat menjauhkan kami dari hal-hal yang hina. Dengan salam yang dapat menambah iman dan usia kami

لَسْنَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَانِ قَدِ احْتَرَقْنَا النَّارْ # فَأَعْتِقْنَا عَنْهَا كُلَّ الْبَشَرِ وَالشَّعَرْ
Kami bukanlah ahli surga, namun kami juga terbakar jika masuk neraka. Maka bebaskanlah kami, kulit kami, dan rambut kami dari api neraka

وَيَا رَبِّ سَلِّمْنَا وَسَلِّمْ سُلْطَانَنَا # وَارْفَعْ عَنَّا السُّيُوْفَ وَاقْطَعْ عَنَّا الْعُدْوَاناَ
Wahai tuhanku, selamatkanlah kami dan pemimpin kami. Hilangkanlah senjata dari kami, dan putuskanlah permusuhan di antara kami

إِغْفِرْناَ وَالِدِيْناَ وَلِكُلِّ الْمُسْلِمِيْنْ # وَأَسَاتِذِناَ مَعْ تَلاَمِيْذِناَ آمِيْنْ
Ampunilah kami, orang tua kami & seluruh umat islam. Juga guru kami beserta murid kami. Amin

Dialog KH. Bisri Musthofa vs Anti Manaqib dan Tawasul


Fulan : “Bagaimana hukum nya baca manaqib?
KH Bisri Mustofa menjawab :”Mengertikah saudara arti kata­kata manaqib? Kata­kata manaqib itu adalah
bentuk jamak dari mufrod manqobah, yang di antara artinya adalah cerita kebaikan amal dan akhlak
perangai terpuji seseorang.
Jadi membaca manaqib, artinya membaca cerita kebaikan amal dan akhlak terpujinya seseorang. Oleh
sebab itu kata­kata manaqib hanya khusus bagi orang­orang baik mulia: manaqib Umar bin Khottob,
manaqib Ali bin Abi Tholib, manaqib Syeikh Abdul Qodir al­Jilani, manaqib Sunan Bonang dan lain
sebagainya. Tidak boleh dan tidak benar kalau ada orang berkata manaqib Abu Jahal, manaqib DN.
Aidit dan lain sebagainya. Kalau demikian artinya pada manaqib, apakah saudara masih tetap
menanyakan hukumnya manaqib?
Fulan : Betul tetapi cerita di dalam manaqib Syeikh Abdul Qodir al­Jilani itu terlalu berlebih­lebihan,
sehingga tidak masuk akal. Misalkan umpamanya kantong berisi dinar diperas lalu keluar menjadi darah,
tulang­tulang ayam yang berserakan, diperintah berdiri lalu bisa berdiri menjadi ayam jantan.
KH Bisri Mustofa menjawab : Kalau saudara melanjutkan cerita­cerita yang tidak masuk akal, sebaiknya
jangan hanya berhenti sampai ceritanya Syeikh Abdul Qodir al­Jilani saja, tetapi teruskanlah. Misanya
cerita tentang sahabat Umar bn Khottob berkirim surat kepada sungai Nil, Sahabat umar bin Khottob
memberi komando dari Madinah kepada prajurut­prajurit yang sedang bertempur di tempat yang jauh
dari Madinah.
Cerita tentang Isra’ Mi’raj, cerita tentang tongkat menjadi ular, cerita gunung yang pecah, kemudian
keluar dari unta yang besar dan sedang bunting tua, cerita tentang nabi Allah Isa menghidupkan orang
yang sudah mati. Dan masih banyak lagi yang semuanya itu sama sekali tidak masuk akal.
Fulan : Kalau keluar dari Nabi Allah itu sudah memang mukjizat, padahal Abdul Qodir al­Jilani itu bukan
Nabi, apa bisa menimbulkan hal­hal yang tidak masuk akal?.
KH Bisri Mustofa menjawab :
“Baik Nabi Allah ataupun SyekhAbdul Qadir Al­Jailani atau sahabat Umar bin Khattab, semuanya itu
masing­masing tidak bisa menimbulkan hal­hal yang tidak masuk akal. Tetapi, kalau Allah Ta’ala
membuatnya bisa, apakah saudara dapat menghalanginya?”
Fulan : “Apakah selain Nabi Allah juga mempunyai mukjizat?”
KH Bisri Mustofa menjawab :
“Hal­hal yang menyimpang atau keluar dari adat (kebiasaan) itu jikalau keluar dari Nabi Allah
maka disebut mukjizat, dan kalau keluar dari wali Allah disebut
karomah .”
Fulan : “Apakah dalil yang menunjukkan bahwa selain Nabi Allah dapat membuatnya bisa
(mampu) menimbulkan hal­hal yang menyimpang dari adat atau tidak masuk akal?”
KH Bisri Mustofa menjawab :
“Silakan saudara baca cerita dalam Al­Quran tentang sahabat Nabi Allah Sulaiman yang dibuat
menjadi bisa oleh Allah untuk memindahkan Arsy Balqis dalam QS An­Naml [27] : 40 :
َقاَل الَّذِىِعنْدَهُِعْلمٌِمنَ الكِتَاِب أََنا آِتيِكَِبِهَقبَْل أَْنَيرَْتدَّ إَِليْكَ طَرْفُكَ .َفَلمَّاَرآهُُمسْتَِقًرّاِعنْدَهَُقاَلَهذَاِمنَْفضِْلَرِّبى لِيَبْلُوَِنى أَأَْشكُرُ اَْم أَْكفُرُ .َوَمنَْشكَرَ
َفإَِّنمَاَيشْكُرُ لِنَْفسِِهَوَمنَْكَفرََفإَِّنَرِّبىَغنٌِّيَكرِْيمٌ
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al­Kitab : ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu
sebelum matamu berkedip.’ Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, ia pun berkata : ‘Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencobaku, apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan Nikmat­Ku). Dan barangsiapa yang bersyukur,maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk (kebaikan) dirisendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku
Mahakaya lagi Mahamulia.”
Fulan : “Tetapi, di dalam Manaqib Syekh Abdul Qadir Al­Jailani ada juga kata­kata memanggil
kepada ruh yang suci atau kepada wali­wali yg telah mati untuk dimintai pertolongan, apakah itu tak
menjadikan musyrik?”
KH Bisri Mustofa menjawab :
9+ 2
9/12/2016 Comments
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=291105124582558&id=100010492171931 2/5
Muhsin Pemalang and 213 others
“Memanggil­manggil untuk dimintai bantuan, baik kepada wali yang telah mati atau kepada Bapak­ibu
saudara yang masih hidup dengan penuh ‘itikad bahwa pribadi wali atau pribadi Bapak­ibu saudara itu
memiliki kekuasaan untuk dapat memberi pertolongan yang terlepas dari kekuasaan Allah Ta’ala, maka
itu
hukumnya syirik! Namun, bila dengan ‘itikad bahwa segala sesuatu adalah dari Allah Ta’ala, maka itu
tidak ada halangannya, apalagi telah jelas bahwa kita meminta pertolongan (ghauts) kepada para wali
itu maksudnya minta dimohonkan kepada Allah Ta’ala.”
Fulan : “Manakah yang lebih baik, berdoa kepada Allah secara langsung atau dengan perantara
(tawasul)?”
KH Bisri Mustofa menjawab :
“Langsung boleh..Dengan perantara pun boleh. Sebab, Allah Ta’ala Maha Mengetahui dan Maha
Mendengar. Saudara jangan mengira bahwa tawasul kepada Allah melalui nabi­nabi, wali­wali itu sama
dengan saudara memohon kenaikan pangkat kepada atasan dengan perantara kepala kantor atau
atasan Anda.
Pengertian tawasul yg begitu itu tidak benar. Sebab berarti
mengalihkan pandangan terhadap yang ditujukan (pihakatasan), beralih kepada pihak perantara,
sehingga di samping mempunyai kepercayaan terhadap kekuasaan pihak atasan, saudara juga percaya
kepada kekuasaan pihak perantara. Tawasul kepada Allah tidak seperti itu! . Bila saudara mau contoh
tawasul kepada Allah Ta’ala melalui nabi­nabi dan wali­wali itu, seperti orang sedang membaca Al­Qur’an
dengan memakai kacamata. Orang itu tetap memandang Al­Qur’an dan tidak dapat dikatakan melihat
kaca.”
Fulan : Bukankah Allah ta’ala berfirman dalam al Quran al Karim
َوَقاَلَرُّبكُمْ أُْدُعوِنى أَْستَجِبَْلكُمْ
Panggillah aku maka akan Aku sambut kepadamu. (Al Mukmin: 60)
َفاْدُعواَاللهُمخْلِصِيْنََلُه الدِِّينَ
Maka sambutlah olehmu akan Allah ta’ala dengan memurnikan kepadanya akan agama. (Al Mukmin: 24)
َوالَّذِْينَ لاََيدُْعوَنَمَعِالله إَِلًها أََخرَ
Dan orang­orang yang tidak menyambut bersama Allah akan tuhan yang lain. (Al Furqon: 68)
Dan masih banyak lagi ayat­ayat serupa itu.
KH Bisri Mustofa menjawab :
“Betul. Tetapi semuanya itu sama sekali tidak melarang kita bertawasul dengan pengertian
sebagaimana yang telah saya terangkan tadi. Coba perhatikan contoh cerita berikut ini :
Saudara mempunyai seorang majikan yang kaya­raya, yg memiliki perusahaan besar.
Saudara sudah sangat kenal baik dengan beliau, bahkan Anda termasuk pekerja yang paling dekat
dengannya.
Lalu, saya ingin diterima bekerja di perusahaannya. Untuk melamar pekerjaan itu, Anda (sebagai guru
saya) saya ajak menghadap kepadanya bersama­sama, dan saya berkata. “Bapak pimpinan
perusahaan yang mulia, kedatangan saya bersama guru saya ini, ada maksud yang ingin saya
sampaikan, yaitu mohon di terima menjadi pekerja di perusahaan Bapak. Saya ajak guru saya
menghadap Bapak karena saya pandang guru saya ini adalah orang baik hati dan
jujur, serta juga kenal baik dengan Bapak.”
Coba perhatikan, kepada siapa saya memohon? Kemudian adakah gunanya saya mengajak saudara
menghadap majikan itu?
Misalnya, ada dua orang pengemis. Pengemis pertama datang sendirian. Sedangkan pengemis kedua
datang dengan membawa kedua anaknya yg masih kecil­kecil. Anak yg satu masih menyusu dan anak
yg satu lagi baru bias berjalan.
Di antara kedua pengemis itu, mana yang lebih mendapat perhatian Saudara? Saudara tentu akan
menjawab, pengemis kedua yang membawa anak­anak itu yang lebih diperhatikan bukan? Kalau begitu,
apakah ada gunanya pengemis itu membawa anak­anak yang masih kecil? Kepada siapa pengemis itu
meminta? Apa pengemis itu meminta kepada anak­anaknya yang masih itu? Tentu tidak bukan?!”
Tanya jawab ini dikutip dari buku Wirid­wirid Syekh Abdul Qadir Al­Jailani, Rahasia Amalan­ Amalan
untuk Meraih Cinta Sejati, Ust. M. Syukron Maksum.

Berakit-rakit kita ke hulu


قال صاحب الحكم نقلا عن جعفر الصادق رضي الله عنه
 : من طلب ما لم يخلق أتعب نفسه ولم يرزق ابدا
Imam Ja'far As Shödiq rodliyaLlähu 'anhu berkata,
"Siapa yang mencari sesuatu yang tidak ALlöh ciptakan, maka hanya akan menyusahkan diri dan selamanya tidak akan diberi."
Apakah itu?
الراحة في الدنيا
Hidup serba enak, tanpa resiko, tanpa cobaan, tanpa kesusahan tanpa keringat, tanpa kepayahan apapun di dunia.
قال تعالى : [ لقد خلقنا الإنسان في كبد ]
الكبد اي المشقة
"Sesungguhnya benar-benar telah Aku [ ALlöh] ciptakan manusia dalam keadaan susah."
Jadi, kalau tidak kita 'nikmati' hidup ini dengan segala masalahnya, lalu apakah kita akan dinikmati dan dilibas oleh hidup dan kehidupan?!
Berkata As Sulthön Al ^Abdari --rohimahuLlöh rohmatan wasi^atan--,
تعب الأبدان في الدنيا راحة في الأخرة
Kepayahan jasad --karena menghamba pada Nya-- akan berbalas kenyamanan di akhirat.

Pengurus NU Sedunia Gelar Silaturrahim di Makkah


Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sedunia menggelar silaturrahim akbar di Makkah pada Kamis (9/8) pagi. Acara yang diselenggarakan di Madrasah Shaulatiyah itu turut dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel.

Bertajuk "Napak Tilas Tempat Belajar Hadaratus Syaikh KHM Asy'ari" acara tersebut dihadiri perwakilan PCINU dari 13 negara. Silaturrahim pagi tadi merupakan yang ke-15 yang rutin diadakan setiap tahun pada musim haji tiba.

Dalam sambutannya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan KH. Hasyim Asy'ari merupakan tokoh mutlidimensi.

"Madrasah Shaulatiyah juga terlibat sebagai tempat KH. Hasyim Asy'ari yang kemudian kehadirannya memberikan sumbangsih, kontribusi dan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat," ujarnya.

Ia juga mengimbau, warga NU selain menjadi orang yang shaleh harus mampu mengembangkan diri, berkreasi dan berinovasi sesuai konteks situasi dan kondisi yang dihadapi.

Sementara itu Dubes Agus Maftuh Abegebriel dalam kesempatan tersebut mengajak warga NU untuk menerima segala bentuk perbedaan. Ia juga mengungkapkan mempunyai misi untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia di Arab saudi.

"Misi pertama saya adalah meningkatkan harga diri bangsa Indonesia di depan Arab Saudi," ucapnya yang disambut riuh tepuk tangan hadirin.

Menurut Mudir Madrasah Shaulatiyah Makkah Syaikh Majid Said Mas’ud Salim, Madrasah Shaulatiyah didirikan oleh keluarga besar Ustmani dan telah melahirkan ulama-ulama yang bermanfaaat di seluruh dunia.

"Madrasah Shaulatiyah adalah azharul madrasah di tanah Hijaz," jelas Syeikh Majid.

Hal senada juga diungkapkan Ketua PCINU Arab Saudi Ir. Ahmad Fuad, menurutnya, Madrasah Shaulatiyah harus berada di berada di seluruh belahan dunia.

Sebagaimana diketahui, Madrasah Shaulatiyah pertama didirikan pada tahun 1292 Hijriyah. Madrasah ini juga merupakan Madarasah swasta pertama di Arab Saudi yang melahirkan ulama-ulama hebat seperti KH. Hasyim Asy'ari (pendiri NU) dan KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah)

KH. Hasyim Asy'ari - Memerdekakan Budak Karena Ghodhob


Setiap hendak menghatamkan kitab Fat­hul Qorïb; kitab yang menjadi wiridan ­­diulang kembali dari awal setelah selesai dibaca­­ beliau, dengan ditandai dengan pembacaan Bäbul ^itqi [Pembebasan Budak], KH. Hasyim Asy^ari kerap kali menceritakan kejadian yang beliau alami sendiri ketika masih belajar di Mekah.

Suatu saat beliau kedatangan tamu kehormatan, teman lama. Sebagai wujud penghormatan khas santri dari Jawa [Al Jäwiyyun] pada waktu itu, Mbah Hasyim memerintahkan budak miliknya untuk membeli tembakau dan cengkeh yang paling enak untuk merokok. Pada waktu itu, kepemilikan budak masih berlaku. Dan memilikinya adalah prestige tersendiri. Semakin banyak orang memiliki budak, semakin terhormat ia di mata orang kebanyakan. Satu budak mungkin lebih dari satu miliar kurs Rupiah sekarang.

Saling menanyakan kabar, senda gurau telah berlangsung lama. Habis sudah bahan pembicaraan. Namun, si budak tak jua kembali; membawa tembakau dan cengkeh kesukaan Kyai Hasyim muda. Kontrol tak terkendali, emosi tak terbendung. Ketika budak datang dan tak membawa hasil, Hasyim muda menempeleng si budak. Si budak menangis. Dan....... tangan Kyai Hasyim gemetaran. Menyesal dan ia pun ikut menangis. Spontan beliau pun berkata, " Sudah lah. Mulai hari ini engkau merdeka. Tabri'atan minannär; i^täqon li nafsï minannär. Aku merdekakan kau dengan harapan kelak aku terbebas dari api neraka. Aku tak mau mempunyai harta yang menjadi sandungan di akhirat kelak."

WaLlöhu a^lam. ­­­ Berita dari guru; KH. Tahmïd Syihäbuddïn Jagalempeni, murid Mbah Häsyim rohimahumäLlöh rohmatan wäsi^atan ­­­